Minggu, 22 Mei 2011

Oda Nobunaga

ODA NOBUNAGA [織田 信長]
Oda Nobunaga [織田 信長]23 Juni 1534 – 21 Juni 1582) adalah seorang daimyo besar Jepang yang berhasil mempersatukan Jepang yang saat itu dalam keadaan perang saudara; walaupun ia belum sempat menguasai seluruh Jepang karena meninggal sebelum mimpi-mimpi besarnya tercapai. Ia terkenal tampan dan gagah dengan kulitnya yang putih.
Awalnya ia hanyalah seorang penerus ayahnya; Oda Nobuhide dengan provinsi kecil bernama Owari. Setelah ayahnya meninggal saat ia berusia enam belas tahun, ia menobatkan diri sebagai penguasa Owari menyaingi adik kandungnya dari ibu Dota Gozen; Oda Nobuyuki yang juga menginginkan posisi itu. Saat adiknya melakukan pemberontakan untuk kesekian kalinya, ia menjebaknya dengan berpura-pura sakit. Saat adiknya datang menjenguknya, ia membunuhnya. Ini menandakan bahwa ia dapat melakukan apa saja dan menyingkirkan orang yang berusaha menentangnya.
Saat itu ia dikenal sembrono, kasar, mudah marah, dan sangat bodoh. Orang-orang bahkan pengikutnya sendiri meragukannya apakah ia mampu menjadi pemimpin yang baik dan membawa kesejahteraan bagi rakyatnya. Bahkan mertuanya sendiri; Saito Dosan menganggpanya si pandir.  Ini hanya berlaku bagi orang-orang yang tidak mengenalnya dengan baik. Toyotomi Hideyoshi; pengikutnya yang paling setia yang saat itu baru menjadi pengkikutnya dengan nama Kinoshita Tokochiro, mampu melihat kemampuan besar yang dimiliki majikannya yang terakhir. Nobunaga sebenarnya saat itu hanya berpura-pura berlagak bodoh di depan orang-orang. Baru setelah pengikutnya; Hirate Nakatsukasa yang juga adalah walinya dan lebih dekat kepadanya daripada ayahnya melakukan seppuku sebagai protes atas sikap Nobunaga yang dikatakan orang tidak dapat diandalkan, ia mulai mengubah sikap. Dan setelah pertemuannya yang pertama dengan mertuanya ia menunjukkan sikap sebagai seorang penguasa.
Nobunaga dengan matanya yang tajam, memiliki kelebihan mampu melihat sisi orang lain yang tersembunyi dalam diri orang itu. Pertempurannya melawa Imagawa Yoshimoto dari Suruga yang saat itu diprediksi bahwa marga Oda akan musnah, dijawab Nobunaga dengan keberanian dan kemenangan yang gemilang. Namanya mulai dikenal dimana-mana karena pertempuran ini. Bagaimana tidak, pasukannya yang saat itu kurang lebih berjumlah lima ribu orang mampu mengalahkan pasukan Imagawa yang berjumlah empat puluh ribu orang. Perang ini dikenal dengan perang Okehazama.
Setelah menang, ia mulai memperlihatkan ambisinya menguasai seluruh Jepang. Mulai dari menguasai Mino yang merupakan provonsi besar saat itu, meruntuhkan klan Takeda dan menguasai provinsi Kai, bersekutu dengan penguasa Mikawa; Tokugawa Ieyasu yang juga sahabatnya dari kecil, menghancurkan Shogun Ashikaga Yoshiaki yang berniat menjatuhkan Nobunaga; padahal Nobunaga-lah yang berhasil mengembalikan kekuasannya, menyerang adik iparnya; Asai Nagamasa yang berkhianat, menguasai provinsi Echizen dan Omi, serta membantai habis-habisan para penduduk di gunung Hiei. Pembantaian di gunung Hiei menimbulkan kekacauan, orang-orang kemudian menganggap Nobunaga sebagai Raja Iblis dan menghancurkan agama Buddha. Namun, ia mengatakan jalan inilah yang terbaik untuk menyelamatkan ajaran Buddha. Pernyataannya ini terbukti di kemudian hari.
Di saat kekuasaannya semakin besar, ia membangun istana termegah di Jepang saat itu yang dikenal dengan benteng atau kastil Azuchi. Setelah memerintahkan Hashiba Hideyoshi memimpin pasukan ke barat untuk menaklukkan marga Mori, ia menghancurkan marga Takeda dengan sekali bantai. Kemudian ia mulai memperlihatkan sikap ketidaksukaannya kepada salah satu panglimanya; Akechi Mitsuhide yang biasa ia sebut ‘kepala jeruk’. Hal inilah yang membuat Mitsuhide melakukan pemberontakan melawan tuannya sendiri.
Puncaknya, yang dikenal dengan peristiwa Honnoji, ia menyerang Nobunaga dan anaknya Nobutada yang saat itu dalam perjalanan ke barat menyusul Hideyoshi dengan hanya disertai kurang lebih lima puluh pengikut. Nobunaga yang saat itu sudah tidak berdaya melakukan seppuku dan jazadnya terbakar habis di kuil itu. Dan hal ini pun yang membuat Hideyoshi memimpin pasukan membantai marga Akechi untuk membalas pengkhianatannya.
Di masa Nobunaga inilah agama Kristen mulai masuk dan dibebaskan menyebarkan ajarannya. Dan di masanya pun, rakyat berada dalam keadaan sejahtera dengan kepemimpinannya yang adil dan bijaksana. Nobunaga-lah peletak dasar kekuasaan Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google